Bliss [of] a grandfather when return from a journey that far and tire, arrive at house directly comes its grandchild, then that’s difficult atmosphere is depicted with words and weary felt lose.
Kebahagiaan seorang kakek manakala kembali dari sebuah perjalanan yang jauh dan melelahkan, tiba di rumah langsung di kerubuti anak-cucunya, maka itulah suasana yang sulit digambarkan dengan kata-kata dan penatpun terasa hilang.
Sebagaimana dua cucu saya, Alya & Nabil, saat kembali dari tugas TOT di Bandung datang ke rumah untuk menemuiku dan memeluk dengan mesra, sambil mencari ole-olenya, hehehe.
Bebebrapa lama kemudian, saya membuka tablet sambung untuk melihat agenda kegiatan dan hasil pelatihan, tapi keduanya malah tablet berpindah tangan dan sang cucu dalam permainan game.
Ekspresi mereka terpusat pada perangkat game dari samsung tabletku, tanpa memperdulikan lagi ole-ole apalagi bercengkrama dengan neneknya, malah keduanya lebih memperhatikan dan memoloti perangkat permainan dari pada ole-ole yang telah saya siapkan.
Inilah anak-anak masa kini, peralatan elektronika jauh lebih menarik perhatiannya di bandingkan dengan baju kaos bermerk “angry birds”baginya permainan gameĀ adalah segalanya.
Karena selain mendebarkan sekaligus ajang mengasah otak, ekspresi mereka segera saya abadikan, selamat bermain ya cucunda.
Saya tak dapat membayangkan, seorang tua yang senantiasa mengharapkan cucu dari anaknya, akan tetapi belum juga di karunia anak.
Itu bisa berdampak pada suasana batin yang hambar. Kini saatnyalah untuk bersahabat dan berdamai dengan cucu, karena teman setia bila kelak sudah memasuki masa pensiun adalah cucu.
Cuculah menjadi sahabat dan teman bermain yang kadang membuat hati menjadi gembira sebagaimana ketika Rasulullah SAW, ketika sedang sujud tiba-tiba cucunya naik ke punggung.
Maka Sang Nabi pun melambatkan sujudnya sampai sang cucu turun dari punggungnya. Itu sekelumit KISAH SANG CUCU yang dikisahkan sang ustaz dalam berbagai kesempatan ceramah, terutama di bulan suci ramadan.