SYAKHRUDDIN.COM – Sabtu, 21 Mei 2012 bertetapan dengan Peringatan Hari Kartini, Saya menginap di Kamar 504 Hotel Atlantik Salemba Raya, setelah semalam tiba dari Bandung mengikuti TOT Managemen Logistik Kebencanaan.
Dari balik jendela saya menyaksikan aktifitas lalu lintas yang padat dan bangunan Kementerian Sosial yang menjulang tinggi. Kota yang tak pernah tidur, aktifitas warga yang silih berganti, mereka yang bertugas malam kini harus istirahat dan digantikan oleh petugas pagi yang tentunya akan lebih segar.
Dari kejauhan sang ustas yang berceramah di Masjid Salemba, terdengar jelas tentang ajakan untuk senantiasa taqwa. Namun manusia masih saja terus mengejar duniawi, ya ini tentu tuntutan ibukota yang hedonis, yang telah memilih sikap untuk kebutuhan duniawi tanpa memperhatikan hal-hal yang bernuansa agamis, akh …. dunia memang menyilukan mata.
Pagi terus merangkak naik, kesibukan makin terlihat, namun suasana perkantoran sepi dan mobil-mobil banyak mengarah keluar kota. Sembari menanti seseorang yang akan memandu ke salah satu pusat perbelanjaan terlengkap di tanah air, saya memanggil seorang pemijat bernama Ari.
Dari proses penawaran melalui sekuriti, akhirnya didatangkan seorang lelaki tegap yang memiliki professi sebagai tukang urut panggilan.
Ari memiliki seorang isteri dan seorang anak, tinggal di kawasan Manggarai, dari penuturannya dan caranya memijat, ternyata Ari memang ahli melenturkan urat yang tegang.
Apalagi pinggang kiri saya terasa tegang setelah empat hari harus duduk dan belajar di ruang kelas. Kondisi itu harus saya ikuti karena tuntutan kedinasan.
Usai menyelesaikan tugasnya, saya menambahkan tip sebagai rasa terima kasih atas ketulusannya dan keahlian yang diberikan untuk memberi rasa segar dan fit seperti sediakala, Ya… ibukota banyak manusia, banyak profesi, banyak pengetahuan dan tentunya banyak juga masalah, hehehehe
Berpacu dengan jalannya waktu, tulisan ini kubuat dalam kondisi setengah telanjang dada sembari memberi kesempatan pori-pori yang terbuka untuk kembali tertutup lalu mandi air hangat di bak mandi hotel yang sudah tersedia.
Sejurus kemudian kuarahkan pandangan ke jalan raya lewat jendela sebelah barat, anganku terus berkecamuk kepada seseorang yang ada di suatu tempat, entah mengapa bayang itu selalu saja hadir dalam setiap peralihan hidup dan kehidupanku yang begitu dinamis, ya semua berpacu dengan jalur jam terus bergerak tanpa pernah berhenti.
Kusimak nilai kehidupan yang telah berlalu, coba kuhubungkan dengan fenomena hidup yang kejam di ibukota dan profesi tukang pijat dari hotel ke hotel yang penghasilannya juga senin-kamis.
Ya Rabb…. begitu banyak engkau telah serahkan kepadaku, kehidupan yang mapan, anak-anak yang kini tumbuh dewasa, sahabat-sahabatku yang menyayangi dan para tukang batu yang menanti buah tangan dari perjalananku dan seseorang yang dengan setia bersama doa-doanya tetap mengimpikan kehadiranku disisinya
Ya Rabb…. sungguh banyak nikmat yang kuperoleh, sewajarnya bila kenikmatan itu kami bagi, menebar senyum dan kebaikan untuk hamba-hambamu yang selalu menanti uluran tanganku.