Masalah pengupahan bagi buruh, mengakibatkan sejumlah perusahaan harus hengkang dari tanah Pasundan Jawa Barat.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, lebih dari 140 perusahaan di Jawa Barat tutup, atau pindah dari wilayahnya gara-gara upah.
“Ada 100-an lebih pabrik yang tutup di Jawa Barat, ada yang pindah juga. Totalnya ada 140-an, antara yang tutup dan pindah.
Pindah terbagi ada yang pindah ke provinsi lain, ada yang keluar negeri. Hampir semua, alasan penutupan itu berkaitan dengan upah yang tinggi,” kata dia selepas bertemu dengan perwakilan ILO, di Bandung.
Permasalahan klasik yang selalu menjadi momok adalah factor pengupahan yang jomplang, karena kehadiran aneka industri di Jawa Barat.
“Ini yang jadi sorotan ILO, subjektivitas pengupahan ini gap-nya terlalu jauh. Contoh Pangandaran Rp 1,6 juta, kalau tidak salah dengan Karawang Rp 4,2 juta, bisa sampai Rp 2,5 juta bedanya,” kata Ridwan.
Menurut Ridwan Kamil, ILO akan membantu menyiapkan usulan pada pemerintah pusat, mengenai sistem pengupahan yang relatif lebih baik.
“Hasil ILO ini akan memberikan usulan sistem pengupahan yang lebih baik menurut standar rasa keadilan, sehingga bisa menjaga kualitas ekonomi Jawa Barat jangan sampai terkorbankan.
Buruh ikut sejahtera, tapi investasi tidak ada yang pergi dari Jawa Barat,” kata dia.
Ridwan Kamil mengatakan, ILO menawarkan usulan agar Indonesia mengelompokkan jenis industri berdasarkan provinsi,
lalu daerah masing-masing menawarkan penghitungan sistem kebutuhan layak yang wajar di tiap daerah.
“Misalkan Jabar fokus ke manufaktur, Jateng khusus yang tekstil atau apa, itu harus pusat (yang memutuskan).
Sehingga nanti industri tidak terlalu beragam. Perbedaan keragaman industri yang mengakibatkan upahnya itu jomplangnya gak pernah selesai,” kata dia (bs/syakhruddin)